Hari pertama untuk
masuk di bangku kuliah sudah dimulai. Semangat Mawar begitu menggebuh untuk
menanamkan cita dan asa untuk masa depan. Tetapi ia sudah dihadapkan dengan
pemandangan yang tak biasa seperti waktu di masa sekolah. Semua mahasiswa
disana seakan-akan tak mengenal agama. Sebagai seorang muslimah, ia tak boleh
pantang mundur untuk beribadah.
"Bismillahirrahmanirrahim,
ya Allah tuntun aku untuk mencapai ridhoMu." suara lirih Mawar.
Dalam perjalanannya,
ia terus memanjatkan do'a kepada Allah, agar IA mengirimkan seseorang yang
dapat menemaninya untuk berjuang menyiarkan agamaNya. Agar dapat mengerti
maupun memahami betapa cinta dan rindunya kepada yang Maha Cinta.
Hari demi hari mulai
berjalan. Waktu terus berputar, hingga akhirnya Mawar berteman dengan seorang
ikhwan, Alfian.
Mereka begitu akrab.
Berbincang-bincang mengenai banyak hal. Banyak kesamaan diantara mereka, baik
dari segi sifat, misi, maupun pemikiran di setiap diskusi. Hingga akhirnya
benih-benih cinta bertebaran diantara mereka. Menyadari bahwa tak ada cinta
yang indah seindah cinta kepadaNya, Mawar hanya bisa menyembunyikan
perasaannya. Tetapi berbeda dengan Alfian. Ia berusaha untuk mengutarakan
perasaannya kepada Mawar dengan menunggu momen yang tepat.
Tiba saatnya setelah
diskusi untuk yang kesian kalinya,
"Afwan ukty,
ada sesuatu yang ingin ana bicarakan dengan ukty."
"Ya silahkan
saja akh. Mengenai apa ya?", Tanya Mawar penasaran.
"Kok tak seperti biasanya. Ekspresi wajahnya
juga memperlihatkan begitu serius daripada sebelumnya", bathin
Mawar.
"Hemm,
kapan-kapan sajalah kalau begitu", tegas Alfian dengan ekspresi bingung.
Dengan segera Alfian
meninggalkan Mawar yang masih penuh tanda tanya di pikirannya.
Ba'da isya'
handphone Mawar berdering, kali ini pesan singkat dari Alfian.
"Afwan
ukh tadi terburu-buru pergi.Sebenarnya dan sejujurnya ana menyukai ukhtyMawar.
Karena ana lihat uhty Mawar adalah muslimah yang sederhana, yang ana impikan.
Ana tidak bermaksud apa-apa, hanya ingin mengutarakan perasaan ana kalau ana
benar-benar menyukai sosok ukhty Mawar. Karena bayangan ukhty Mawar selalu
berselancar dalam ingatan ana. Afwan sebelumnya ukh."
Hati Mawar berdegup
kencang, sambil memegang handphone ia begumam "ternyata
selama ini ia juga menyimpan perasaan
seperti yang aku rasakan."
"Sebenarnya
aku juga menyukaimu, Alfian. Tetapi kita tak bisa bersama jika begini melainkan
atas kehendakNya. Aku tak bisa berbuat apa-apa jika sudah begini. Aku khawatir
jika aku membalas perasaanmu itu. Tidakkah kau menyadari bahwa kita hanyalah hamba
Allah yang tak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi saat ini, esok, maupun
hari-hari kedepan."
Keesokkan harinya
suasana berubah menjadi kaku. Tak ada saling canda tawa bersama lagi. Semuanya
berjuang di jalanNya dengan jalan masing-masing.
Dalam hati , Mawar
hanya bisa berdo'a, "ya Allah, ya tuhanku.
Aku meminta ampun atas dosa-dosaku selama ini. Aku meminta kepadaMu agar Engkau
memberikan jalan keluar kepada kami berdua. Engkau yang maha mengetahui, lebih
mengerti atas kami. Berikan ridhoMu kepada kami jika memang kami harus bersama
dan tunjukkan jalan keluar yang lebih baik jika memang kami harus
berpisah." (wallahua'lam)
Post a Comment