Pagi cerah memecah
rasa malas Diya untuk segera bergegas mandi dan bersiap untuk berangkat ke
perpustakaan daerah yang berada didekat rumahnya. Ia tidak mau melewatkan
kesempatan 'indah' yang tak sengaja ia temui sebelumnya. Waktu itu ia sedang
melihat buku-buku sesuai dengan seleranya yang berada dibagian rak ilmu
teknologi. Tiba-tiba saja ia melihat seorang laki-laki yang dilihatnya sebagai
sosok yang bersahaja berjalan menuju kerahnya. Dengan segera ia memalingkan
pandangan dari laki-laki tersebut seraya beristighfar dalam hati.
Tak lama setelah
menemukan buku yang dicarinya, Diya segera mencari tempat duduk untuk segera melahap bacaannya. Ia sibuk berpikir dalam
pikirannya untuk memahami bacaannya, berangan-angan mengenai bacaannya dan
mencoba untuk menuliskan pemahamannya diatas buku sakunya dengan tinta biru.
Tinta yang membuatnya tetap bisa bersemangat ketika menulis. Saat menumpahkan buah pemikirannya, tiba-tiba
sosok laki-laki yang dilihat sebelumnya berada tepat duduk didepannya. Saat
itu juga Diya mulai tidak konsen dengan apa yang dibacanya. Yang sebelumnya ia
menumpahkan buah pemikiran mengenai
buku bacaannya, sekarang mulai berpuisi ria menjauh dari topik bacaannya.
Tuhan
selalu adil kepada hambaNya
KAU
menghadirkan teman pada burung itu yang sembari berdiri sendiri diatas pohon
bertuah
Tuhan
selalu memberikan kasih sayangNya pada umatNya
KAU
memberikan rasa cinta dan menumbuhkannya pada jiwa-jiwa yang haus akan cintaMu
yang sebenarnya
Dengan
izinMu perkenankanlah aku untuk mendapatkan yang seperti ia
Seperti
jiwa yang senang dengan sebenar-benarnya cinta dan kasih sayang
Tetapi
jika tak dapat kuperoleh izin itu maka izinkanlah aku untuk dekat dengan yang
sepertinya
Dengan
yang penuh rasa indah seindah-indahnya Kau menghadirkannya seperti saat-saat
bahagia
Setelah merasa
tidak fokus dengan apa yang telah terjadi dalam dirinya, Diya segera
meninggalkan tempat perpustakaan dengan tergesa-gesa.
Dan hari ini ia
berharap bertemu dengan orang laki-laki itu untuk yang kedua kalinya. Tetapi
situasi dan kondisilah yang tak mengizinkannya. Dengan ekspresi yang
datar-datar saja Diya pulang ke rumah dan membuka kembali buku bacaannya yang
telah dipinjamnya itu. Seperti biasa ia membuka buku sakunya dan menuliskan
semua pemikirannya yang terpendam rapi dalam pikiran dan hati.
Selang seminggu
kemudian disaat yang tak terduga ia bertemu dengan sosok laki-laki yang
bersahaja itu. Kali ini berada di taman buku. Tempat dimana biasanya digunakan
sebagai pameran buku-buku tiap minggunya. Memang Diya tak mengharapkan
kesempatan itu datang kembali untuk yang berikutnya, tapi keajaibanlah yang
menghadirkannya. Ia hanya memandangnya dari kejauhan sudut bangku yang
didudukinya sambil memandang kearah matahari yang sebentar lagi akan
tenggelam.
Selama
ini aku merasa telah mengacuhkan cinta dan kasih sayangMu
Tapi
tidak untuk kali ini
Aku
tersadarkan dengan dirinya yang Kau hadirkan dihadapanku
Akan
kusadari dalam hidupku tiap hari
Betapa
suci nan indahnya Engkau
Engkau
yang selama ini dalam hati nurani
Akan
kusirami raga ini dengan adanya dirinya
Yang
telah membangun kembali rasa cintaku padaMu
Post a Comment