Masih Rahasia Kok....

Oke, hanya saja selama ini banyak sekali pertanyaan yang bersemayam dalam pikiranku. Dan salah satunya sudah terjawabkan.

Dari dulu, aku ingin berkomunikasi dengan beliau-beliau. Ya, kepada semua kakek nenekku. Entahlah, aku hanya ingin tau track record mereka, berbincang-bincang, ingin tahu perjuangan mereka dalam melawan penjajah dulu. Ya, sharing seperti aku ngobis (ngobrol inspirasi) bersama bapakku. Ya, aku hanya ingin tahu saja, bagaimana cara mereka selama didunia. Karena kelak 'tongkat estafet' itu akan terus beralih dari tangan yang satu ke tangan yang lain. Dan tentu, aku pernah baca "bahwa janganlah kamu ajarkan kepada anakmu sesuai dengan kondisimu, tetapi ajarkanlah kepada mereka sesuai dengan kebutuhan mereka. Karena mereka akan hidup dmasa yang berbeda dengan masa kita". Jadi mungkin iya, kepo (rasa ingin tahu)ku terlalu besar. Hanya saja, aku ingin mempersiapkan.

Tapi, pertanyaan-pertanyaan itu tak tersampaikan dengan detail, gamblang, bahkan dengan sesempurna seperti aku dan bapakku duduk berdua di teras dengan ditemani angin malam yang dingin serta rembulan yang terang benderang. Karena ketiga kakek nenekku telah tiada. Sampai saat ini pertanyaan itu masih tersimpan dengan rapi. Dan aku sempat berpikir juga, pasti kalaulah beliau-beliau ini mengerti dan melihat kami, anak cucunya. Dan paham betul apa yang kini tengah terjadi.

Ternyata, dibulan Ramadhan kemarin, tahun 1436H, pertanyaan itu sedikit terjawab dari acara kajian di salah satu tv swasata Indonesia. Bahwasannya orang yang sudah meninggal dengan orang yang belum meninggal itu layaknya diantara kita ada sekat kaca. Orang-orang yang meninggal berada di masa penantian (alam barzah) sehingga mereka bisa melihat apa yang sebenarnya terjadi di dunia. Sedangkan orang-orang yang masih hidup tak bisa melihat mereka yang telah meninggal.

Jadi, aku rasa pertanyaanku selama ini akan tersimpan rapih, dan segera (Dengan izin Allah SWT) akan terjawab dengan seiringnya waktu.
Aku hanya bisa berucap, aku rindu. Aku sangat rindu dengan kalian semua. Yang tersisa kenangan jempol besar kaki kiri kakek saat aku membopoj kakek ke kamar mandi (entah, sedikit lupa). Karena aku rasa engkau begitu misterius, dan aku pingin tahu. Tapi, inilah hidup. Ada awal, ada akhir. Ada suka, ada duka. Ada damai, ada kericuhan. Tapi, aku hanya ingin belajar dari sosok2 kalian. Karena memang 'tongkat estafet' berwarna emas. Dan kami semua tak ingin menjadikannya berubah warna.

Bersambung...

Jum'at, 6 Dzulqo'dah 1436 H / 21 Agustus 2015 M

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter