Uhibbukum Fillah

19 Juni 2014 sekitar pukul 20:25 ba'da isya. Handphone dipinjam oleh kakak perempuanku. Ya waktu itu ia sedang asyik bermain facebook. Hingga handphone-ku berbunyi yang menandakan adanya pesan. Entah itu pesan singkat atau berupa whatsapp.

"Hey ini bunyi apa?" Tanya kakakku

"Oh, itu bunyi pesan. Tapi entahlah, pesan dari apa, maskudku dari whatsapp atau dari pesan biasa" Jelasku padanya

Selang beberapa menit kemudian

"Hey hey hey, ada telpon nih. lho, tapi ini nomer tidak dikenal." Kakakku melihat dengan wajah terkejut

Sontak saja aku refleks meraupnya. "Siapa ya? apa aku akan dapat kejutan lagi? Entahlah tapi siapa dia?"



Langsung tanpa pikir panjang, aku angkat saja telpon tadi.

"Halo?" Aku tak berani berkata panjang.

"Halo." Suara disebrang sana berusaha menimpali

"Kenapa handphoneku mendadak suara yang dikeluarkan kecil? tak seberapa terdengar."

"Halo? halo? siapa ini?"

Dengan  hati dag dig dug ku mantapkan untuk merangkai kalimat untuk diutarakan ke penelpon.

"Hei wardah, ini aku arini. Kamu sekarang sedang apa? Sibukkah? " Suaranya berusaha memecahkan perasaanku yang saat itu sedang gugup.

Dengan gagap dan leganya hatiku, ku menjawab "Ouh, kau rupanya. hufft, untunglah. Untung suaranya perempuan. Ada apa? kok tumbennya anak ini menelponku. Mana pakek nomer asing pula. "

"Tadi aku nge-chat ke kamu. Tapi kamu ga bales. Sibukkah?"

"Ouh, maaf, tadi handhponeku dipinjam sama kakakku. Ada apa nih? Kok tumben suaranya terburu-buru. "

"Besok kamu luang tidak? Sekitar jam 9 pagi?" Terang dia to the point.

"Ha? Besok? Besok jum'at? InsyaAlloh luang kok. Memangnya ada apa ini? Serasa anak ini tergesa-gesa dan sedikit risau."
 
"Barusan tadi mas ponco nge-chat aku bahwa ada tugas penting dan mendadak dari rektor. Coba liat dipesan yang barusan aku kirim ke kamu" Ungkapnya

"Ouh oke, aku tutup dulu ya telponnya. Karena handphoneku tak bisa multitasking." Timpalku

"Eh, tunggu dulu. Tapi besok kamu bisa apa ndak? " Tanyanya untuk memastikan

"Oke, aku siap." Jawabku agar ia lega dan tenang

"Jadi gini, mas ponco menyuruhku untuk hadir di tempat tersebut bersama teman. Terserah untuk memilihnya. Dan ini hanya berlaku untuk 2 orang." Terangnya dengan nada suara yang berusaha tegar

Sontak saja aku langsung jadi ingat semua kisahnya yang pernah ia ceritakan padaku. Menjadi sosok yang berusaha tegar dan kuat dengan semua tekanan yang ada. Aku tau semuanya. Tapi aku tak bisa menceritakan semuanya disini. Karena ini adalah janji. Janji diantara kita kepadaNya yang disaksikan oleh malaikatNya.

***********

"Tak apa teman, aku paham dengan dirimu. Aku mengerti, meskipun tak semuanya yang aku mengerti dari dirimu. Karena Wa Kafaa Billahi Syahida. Cukup Allah saja yang jadi saksi. Saksi semua atas segala tujuan kita, perilaku kita untuk menuju tujuan itu. Apapun itu visi, misi, motto kita, teman. Aku paham teman, meskipun tak semuanya aku bisa memahami dari dalam dirimu. Karena memang aku adalah manusia biasa. HambaNya yang lemah. Namun aku berusaha kuat ketika dihadapanmu, karena ku tahu kau butuh seseorang yang bisa 'menghiburmu' . Aku bisa merasakannya teman. Meskipun dengan segala tindakan ataupun perilakumu yang telah kau lakukan padaku sehingga pernah membuatku 'sakit' , aku akan bersamamu dalam situasi dan kondisi seperti ini. Karena bagiku tetap Wa Kafaa Billahi Syahida. KarenaNya sobat.

***********

"Hey wardah. Bisa ndak? Aku butuh jawaban pasti darimu untuk memastikan kepada mas ponco bahwa aku bisa datang bersama seseorang." Ungkap dia

"Ha? I.. i.. iya, aku bisa." Jawabku dari lamunan sejarah yang pernah ada

"Oke kalau begitu. Fix ya?"

"Sip."

"Oke terima kasih, sampai ketemu besok ya."

"Iya, insyaAllah. Pagi. "

Tut tut tut tut tut tut.........

Terputus sudah. Sempat speechless dengan nada suaranya seperti itu. Dan terbayang wajahnya maupun ekspresinya tatkala berbicara dengan nada suara seperti itu. Sekali lagi prinsipku adalah Wa Kafaa Billahi Syahida.



Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter