Awan
Senja
mengetuk permisi pada malam
Karena
ia tahu kau sedang mengharapkan kedatangannya
Karena
ia tahu kau sedang menananti kasih dirinya
Karena
ia tahu kau sedang menangisi kepulangannya
Karena
ia tahu tak ingin mengganggumu saat bersamanya
Tapi
entah sampai kapan dirinya akan menemani kembali
Kelam
mengingatkan subuh
Agar kau
melupakannya sementara waktu
Agar kau
kembali menjadi dirimu seperti dulu
Tak
mengapa sakitnya masih menggerutu
Namun
kau harus bisa bergumul dengan rindu
Dengan
sisa luka yang telah membeku
Fajar
tersenyum dan menyapa siang
Dengan
muka bersahabat ia menanyakan kabar
Apakah
kau masih bisa berdiri dengan tegar?
Meskipun
atmosfer begitu mencekam dan terasa hingar bingar?
Bangunlah
dan nikmati sinar indah memencar
Maka aku
menjamin kau akan kembali segar
Kau
selalu memandangiku dengan sorot mengenang
Mungkin
satu demi satu memoar berlintasan dalam penglihatan
Asal kau
tahu, semesta sedang menunggumu dalam keikhlasan
Hujan
dengan cepat menyamarkan jejak
Yang
sengaja ku tinggalkan di kota onde-onde waktu itu
Meninggalkan
sisa pertanyaan yang masih mengerak
Pada
palung hati yang terpatri pada langit antara abu-abu dan biru
Aku tak
dapat menemukan jawaban yang kucari dibuku manapun tentangmu
Dia yang
selalu menginginkan dirimu
Tapi
dirimu yang selalu tak tahu arah ke tempat yang kau tuju
Sehingga
aku yang selalu menjadi tempat pelampiasan dendam rindu
Kosong
memang pada awalnya
Tak
berwarna pada mulanya
Tapi
waktu mengubahnya menjadi biru diantara kita semua
Begitu
terasa asing pada akhirnya
Kubuang
saja kenangan pada semesta yang selalu menginzinkan dirinya
Menjadi
tempat penampungan perasaan
Berharap
awan yang selalu mengiring bersama
Menyamarkan
dengan pelangi yang mustahil hadir saat ia berwarna cerah
Penantian
Berat,
saat hendak kulangkahkan kakiku pada kotamu
Ada
banyak alasan yang selalu tak bisa ku jelaskan padamu
Saat kau
hendak menyambutku
Ada
banyak rasa yang selalu tak bisa ku jelaskan padamu
Saat kau
hendak menanti kehadiranku
Tapi
selalu saja, mulut terkunci dan aku tak tahu kenapa itu selalu terjadi padaku
Tapi
selalu saja, hati selalu bergejolak saat mengetahui bahwa kau segera hadir
dihadapanku
Untuk
sesaat bunga begitu banyak bermekaran dengan tiba-tiba dalam taman hati
Untuk
sesaat awan stratus berjalan menemani kepergian
Saat aku
mulai meninggalkan orang terkasih
Berharap
saat bertemu denganmu semesta mengizinkan kita bersama dengannya
Meskipun
pada akhirnya, kisah kita akan begitu terasa menyakitkan bagi kita semua
Dan
waktu yang selalu akan bisa menyembuhkan
Hingga
bekas jejak kepergian kita tak akan terlihat sama
Kata
Dalam Dia
Engkau
tahu, aku selalu tak bisa mengisahkan kita secara langsung
Engkau
tahu, aku selalu ingin menceritakan ini pada semesta
Karena
dirinya selalu tahu tentang apa yang sesugguhnya terjadi diantara kita
Engkau
tahu, aku selalu tak bisa menatap matamu secara langsung
Engkau
tahu, aku selalu menyematkanmu dalam melodi indahku
Ditiap
lembar kata-kata yang menjadi kalimat terindahku
Engkau
selalu tahu, bahwa aku selalu mendiksikanmu dengan irama yang lembut
Dan
engkau akan segera tahu, bahwa aku selalu tak bisa
Untuk
tak selalu mengenakan perasaan padamu
Hingga
semesta berkata tidak padaku
Hingga
aku pun berkata tidak untukku
Hingga dia
pun bertaka jangan lagi dengan menatapku
Meskipun
begitu, aku tak akan selalu memberitahukanmu
Bahwa
engkaulah yang pernah memenuhi seluruh not-not iramaku dengan sempurna
Walaupun
ku tahu bahwa itu mustahil untukmu
Walaupun
ku tahu bahwa itu konyol untukmu
Karena
aku telah terlalu terbang tinggi pada langit yang selalu ku impikan
Karena
aku telah terlalu jatuh kedalam pada tanah yang selalu tak ku bayangkan
Aku
selalu berterima kasih kepada semesta yang selalu memberitahukanmu tanpa harus
aku tahu yang sebenarnya tentang aku
Aku
selalu berterima kasih kepada dirimu yang selalu memberikanku kesempatan untuk
menjamahmu dalam untaian huruf-huruf rindu dan irama yang pilu
Akhir
Hujan
Sebelum
perjalanan ini berakhir, aku selalu ingin memberitahukan padamu
Melalui
semesta yang memandingimu lebih sering daripada aku
Sebelum
irama ini berhenti pada ending yang memilukan
Aku
selalu ingin mengisahkan semuanya padamu
Melalui
melodi yang menemani ditiap perjalanan antara kita
Tanpa
sengaja kau selalu meninggalkan bekas jejak hatimu pada not-not pilihanmu
Dan
dengan sengaja pula kau selalu suka mmperlihatkan not-not itu padaku
Bukan
cemburu yang menggebuh hanya kecewa yang selalu terlihat
Kemarin
kau selalu menawarkan cintamu pada jiwa yang selalu kosong
Kemarin
pula aku selalu mengosongkan cintamu yang sengaja kau bawa
Tatapan
matamu dua kali selalu menyisahkan pertanyaan yang sama
Kenapa
begitu?
Tak bisa
kah aku meninggalkan secercah bunga berwarna,
Pada
hati yang selalu berwarna merah?
Tak bisa
kah aku yang selalu bisa mendengarkan kisahmu,
Yang
begitu masih menyisakan tanda tanya
Itu kah
dibenakmu?
Bukan
aku yang mengelaknya
Bukan
pula kamu yang selalu menawarinya
Hanya
saja ada hati yang belum siap menerima
Hanya
saja ada semesta yang selalu menahannya
Jangan
pernah ada korban yang sama
Jangan
pernah ada umpan yang sama seperti dulu
Kita
memang tak seharusnya berada pada satu kendaraan
Biarkan
aku menaiki bus pilihanku
Dengan
melodi yang selalu berdengung ditelingaku
Dan akan
aku biarkan dirimu menaiki sepeda motormu
Yang
selalu kau banggakan dengan dirinya
Sudah
saatnya kita berada pada jalur pulang kita
Sampai
jumpa dipertigaan berikutnya
Post a Comment