Adalah Fita (bukan
nama sebenarnya) yang setiap kali bertemu denganku ia tak kuasa menahan air
matanya. Entahlah. Aku tak bisa menebak begitu saja atas apa yang dialaminya.
Tapi, dari raut muka dan ekspresi yang dikeluarkan, seakan selama ini ia telah
membawa beban berat dalam hidupnya. Dan seketika itu tumpah, bak air bah ketika
bertemu denganku. Seakan berharap mendapatkan secercah asa yang berasal dariNya
melaluiku.
Memang, semua
manusia yang hidup di dunia ini pasti akan ada suatu hal yang memang harus
diselesaikan. Karena semua ini adalah bentuk ujian dariNya kepada kita semua.
Akankah kita masih tetap menjaga namaNya, cintaNya, bersemayam dalam hati kita.
Serta masih menuangkan air mata sejati itu kepadaNya. Ya, karena sesuangguhnya,
DIA merindukanmu. DIA merindukan untaian do'a , untaian pengharapanmu, untaian
keluh kesahmu, karena sebaik-baik tempat mengadu hanyalah satu, ya itu adalah
DIA. DIA menginginkanmu kembali, berserah diri, menyerahkan segala atribut
apapun yang menempel pada diri agar kau bisa kembali bertegur sapa denganNya.
Tentu saja, kita
sesama manusia harus saling tolong menolong. Mungkin bisa jadi pendengarnya,
dan jika bisa memberikan solusi maka beri solusi terbaik sebisa mungkin. Ya,
selalu. Dia memang selalu seperti itu ketika menemuiku. Padahal aku hanya
manusia biasa. Yang bisa jadi mengalami hal yang bisa meneteskan air mata.
Tapi, kembali lagi itu semua adalah bentuk kepasrahan diri kita kepada sang
pemilik diri ini.
Well, kepada mbak
Fita (bukan nama sebenarnya) tetaplah berjuang, tetaplah tegar menghadapi semua
ini. Istirahat kita adalah di surga, jika terasa lelah dalam perjalanan,
singgah sebentar pada pelabuhan yang tepat.
Agar kelak tujuan kita tak jauh-jauh melenceng dari apa yang kita
harapkan.
Post a Comment