Di Jalan Dakwah Aku Merindukanmu

Ini lebih dari teman. Tapi tentang persaudaraan yang terikat karena Allah. Dari lingkaran SKI SMAGALAS-lah aku menemukan kehangatan kalian. Semoga kita bertemu lagi di SurgaNya, atau di tempat indah yang Allah sediakan untuk kita.

Entahlah, tetiba seluruh memoriku berjalan ke kenangan kita saat kita ada pada lingkaran itu. Ya, lingkaran halaqah saat mengaji bersama, saat diskusi bersama, sesi curhat, bahkan sesi kuliner atau rujak buah bersama.
Sumber: Dok.Pribadi
Dan kalian tahu, saat itu adalah hari libur besar Indonesia untuk memilih presiden yang sekarang jadi pemenangnya adalah Pak Jokowi. Tentu saja, setelah melaksanakan kewajibanku untuk mengeluarkan hak suara, aku segera ke rumahnya, Ella.  Ya, waktu itu kami berupaya survey mencari lokasi sebagai tempat acara buka bersama dengan anak yatim piatu. Ya, memang itulah agenda yang hampir tiap rutin kami, para alumnus 'oksida' (Oknum sains dua), lakukan. Selain mempererat tali silaturrahim seangkatan, juga sebagai ladang kita mengumpulkan bekal nanti di akhirat.

Ya, memang awalnya hanya terbesit untuk survey lokasi. Dan kalian tau, ketika di jalan raya, aku sempat berharap akan bertemu dengan Baiq. Dan benar saja, ketika ada di pertigaan rolak, aku melihat Baiq mengendarai sepeda motor dengan sangat cepat, berusaha agar tetap mendapati lampu hijau yang masih menyala.  Ya, aku mengenalimu. Karena selain jlibabmu yang berkibar, bak wanita menunggang kuda pada zaman rasulullah, karena hati ini telah menginginkan perjumpaan itu. Sontak saja, aku memberitahukan Ella, yang memboncengku saat itu.

"Hey, kau lihat perempuan berjilbab merah barusan lewat tadi di depan kita?"

"Yang mana? Aku tak mengenalinya."

"Yang pakai motor matic biru. Itu teman kita, Baiq. Tidakkah kau menyadarinya?"

"Ah, serius kamu? Yang benar saja?"

Sebenernya, disituasi jalan raya yang sepi seperti ini, rasanya aku kangen dengan kalian, akhowat. Rindu ini semakin membuncah. Ah, iya, bagaimana kalau nanti aku mengajak Ella untuk datang ke rumahnya. Mungkin itu ide yang bagus. Sudah berapa lama kita tidak bertemu. Menanyakan kabar mereka, sekolah meraka, atau hanya melihat senyum indah mereka. Baiklah.

"Ya, bagaimana ini? Lokasi yang kita survei tak memungkinkan. Terpaksa kita harus ke panti asuhan terdahulu."

"Iya, tak apa-apa. Mungkin memang inilah yang terbaik bagi kita. Senyum semangat dong, El, bagaimana kalau kita balik ke tempat kita, atau kita bersilaturrahim ke rumah Baiq? Kita kejutkan ia dengan kehadiran kita. Aku tadi melihatnya, pasti ia sedang liburan dari ITS. Bagaimana?"

"Wah, ide bagus. Ayo.."

Setelah kami ke rumahnya, ternyata kosong. Tak ada orang sama sekali. Akihrnya kami memutuskan untuk ke rumah neneknya. Dan akhirnya pun kami mendapati ia dengan terkejut.

"Baiq, ada temanmu jilbaber, hitam pula. Anak rohis mungkin." Suara kakaknya terdengar dari kehauhan.

Ah, pasti itu aku. Kenapa dibilang jilbaber gini? Padahal aku berusaha lebih syar'i dan sporty. Toh ini perintah langsung dariNya, dan hal ini membuatku lebih aman. :3

"Siapa ya mbak? Aku barusan datang."

"Lihat saja keluar."

"MasyaAllah, kalian. Ella dan Wardah ternyata. Kenapa kalian disini? Darimana kalian tahu kalau aku sekarang ada di rumah nenek?" Wajah Baiq terlihat terkejut.

"Tentulah, karena kita adalah musafir cinta. Jadi kita pasti akan bertemu di jalan.." Jawabku sekenanya yang terinspirasi film India.

Akhirnya tawa kami pecah seketika itu. Berbicara lumayan panjang lebar. Dan akhirnya, aku punya ide lagi untuk memberikan kejutan kecil untuk datang ke rumah Mar'atus.

"Ayo, kita ke rumah Mar'atu?. Ya meskipun hanya sebentar. Paling tidak kita beri kejutan sedikit. Biar saja kita tak perlu menghubunginya. Mudah-mudahan saja ia di rumah."

"Ayo.." Jawab mereka serentak dengan semangat. Tak kukira ternyata mereka lebih semangat dariyang  aku bayangkan sebelumnya.

Dan kedaan yang sama pun terjadi di rumah Mar'atus. Cair. Keadaan menjadi lebih dingin ketika kami berjama'ah bersama di musholla kecil di rumahnya. Dan justru kali ini yang ngebet sekali untuk memberikan kejutan lagi adalah Mar'atus. Ya ke rumah Eka Mai.

Ya, hanya disini kami menatap mata satu sama lain lebih lama dari sebelumnya. Melepaskan kerinduan yang lama terpendam. Menatapi bentuk muka mereka, garis senyum mereka, suara tawa mereka. Meskipun aku yang tertua diantara mereka, tapi kehadiran mereka membuatku lebih muda dari sebelumnya.. Hehe. Dan disinilah kami berusaha untuk menangkap moment indah itu, yang tak tahu kapan akan terulang lagi. Ana ukhibbukum fillah.

Oya, tertinggal. Setelah di rumah Eka, kami semua pergi ke tempat teman kami, Novi. Tapi, Novi ini adalah laki-laki. Ditengah mendiskusikan tempat survey, aku harus bergegas pulang karena orang rumah sudah memanggilku, ada keperluan yang harus aku selesaikan. Dan itu artinya jam tayangku dengan mereka sudah habis. Meskipun begitu, aku sangat mensyukurinya, bhawa pengharapanku telah terkabulkan olehNya.

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter